Senin, 26 November 2012

Masjid Terakhir

Masih Ku dengar suara adzan dalam irama ringkih itu
Sujud ku hening, sajadah Masjid Raya Baiturrahmah belum berganti harumnya
Wewangian Syuhada zaman silam
Di sudut mesjid ini kau ajarkan daku, menyelami makna hadist qudsi
Sambil berbincang tentang ulama pecinta Negeri
Bersimbah darah membela Islam di Tano Aceh

Dan di penghujung musim penghujan
Masih ku dengar suara adzan dalam irama ringkih itu
Menjelang pergantian waktu di tahun penuh makna
Sudah terlalu lama kita tak lagi duduk minum kopi menghabiskan malam di bawah rembulan
Berbincang tentang dentang cakra dunia
Bangunkan kesadaran Tinggalkan mimpi ajaran paling indah dari Tuhan

Lebih dari 60 purnama Daku kehilangan Engkau
Sekarang di sela adzan yang masih tetap ringkih
Di sela tawa tertahan di antara mata penuh curiga
Daku tuliskan lagi puisi-puisi tentang hati
Ujung pena hanya mengukir aksara berisi gumaman
Tentang para Ulebalang zaman baru
Gemetar angka-angka yang bergerak cepat penuh misteri
Seperti pesingan baling-baling helikopter dari Soviet

Di pinggiran makammu
hanya gumaman doa yang mengetarkan bibir
Tak lagi puisi-puisi tentang cinta
Dan di ruang keluarga tempat kita bersila
Membicarakan masa depan
Yang ku dapat hanyalah sunyi
Tak ada lagi kisah kelam tarian Rumi

Aku pun lupa bagaimana mengucap doa Robi’ah
Yang pernah bunda ajarkan dulu
Di depan pendopo tempat kita berbincang
Sambil berjalan selepas subuh
Tak ku cium lagi aroma wewangian
keikhlasan mengabdi bagi tanah negeri tercinta

apalagi yang dibincangkan orang-orang di sini
yah.... apa lagi

adzan subuh itu terdengar lagi
dari mesjid yang sama
iramanya masih seperti irama yang dulu
adzan ringkih penuh misteri
adzan sunyi penuh pengharapan
dengan seruan yang sama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar