Kamis, 29 November 2012

Ibu


 Iwan Fals – Ibu


Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah… penuh nanah
Seperti udara… kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas…ibu…ibu
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuh
Dengan apa membalas ibu... ibu...

Kisah di balik lagu "Ibu" - Iwan Fals

Setiap orang yang sehat, pasti menyayangi dan mencintai ibunya.
dan ini adalah kisah pengabdian seorang anak kepada ibunya.
ada sahabat bertanya kepada nabi : "Adakah orang yang di cintai Allah selain engkau ya Rosulallah"
nabi menjawab : "ada! ia adalah Salman Al-Farisi"
lalu sahabat bertanya lagi : "Mengapa ya rasulallah ada sahabat yg lebih di cintai Allah selain engkau, padahal engkau adalah kekasih allah?"
nabipun menjawab : "karena ia berasal dari keluarga miskin dan ibunya ingin pergi naik haji meskipun jalan pun ia tak mampu. Sebagai bentuk kecintaan terhadap ibunya... dia rela mengantar ibunya naik haji sambil menggendongnya berhari-hari. melintasi teriknya matahari dan dinginnya gurun, ke Mekkah hingga kulit punggungnya hampir seluruhnya terkelupas.
pengabdian yang teramat tulus dr seorang anak itulah yang mengantarkannya menjadi 
seorang yang sangat di cintai allah SWT.
Subhanalloh...

Cahaya Hati

Cahaya Hati











Intro  Am Dm C G Am Dm C

Am             Dm      G           C
Allah Engkau dekat, penuh kasih sayang
       Dm             G               C
Takkan pernah engkau biarkan hambamu menangis
       Dm                 E          
Karna kemurahanMu karena kasih sayangMu


      Am       Dm       G           C
Hanya bila dirimu ingin nyatakan cinta
     Dm         G               C
Pada jiwa-jiwa yang rela dia kekasihMu
         Dm                      E           E7
Kau yang selalu terjaga yang memberi segala


   Am    Dm     C     G      Am        Dm      C        G
Allah rahman Allah rahim, allahu ya raffan ya nurul qolbi…
   Am    Dm     C     G      Am        Dm      C        G
Allah rahman Allah rahim, allahu ya raffan ya nurul qolbi…


  Am        Dm     G         C
Disetiap nafas, disegala waktu
      Dm           G         C
Semua bersujud memuji memuja asmaMu
         Dm                       E           E7
Kau yang selalu terjaga, yang memberi segala…


   Am    Dm     C     G      Am        Dm      C        G
Allah rahman Allah rahim, allahu ya raffan ya nurul qolbi…
   Am    Dm     C     G      Am        Dm      C        G   E
Allah rahman Allah rahim, allahu ya raffan ya nurul qolbi…


E                        Am     E
Setiap waktu bergantung padaMu…
                     Am        Dm
Dan bersujud semesta untukMu…
                      G
Setiap wajah mendamba cintaMu
     A
Cahyamu…


   Bm    Em     D     A     Bm            Em      D         A
Allah rahman Allah rahim, allahu ya ra raffan ya nurul qolbi…
   Bm    Em     D     A     Bm            Em      D         A
Allah rahman Allah rahim, allahu ya ra raffan ya nurul qolbi…

Outro  Bm Em D A, Bm D A....
Ya Allah, ya Rahman, ya Allah…. Ya nurul qolbi..
Allah… ya……………

   Bm
Allah.....

Muda Mulia







Muda Mulia 
Abay Motivasinger

Hidup penuh keyakinan kujalani
Kenali diri kutulis setiap mimpi
Nikmati perjuangan masa mudaku
Utuhkan sayapku kan terbang jauh

Berlian di hidupku
Membimbing aksiku melangkah dengan pasti
Kutumbuhkan jiwaku
Berbuat yang terbaik

Reff :
Jadilah yang MUDA MULIA
“Kau yang ter-ISTIMEWA”
Hidup Shalih Berlimpah
Demi akhir yang indah

Terbang tinggi meraih mimpi
Tunjukkan prestasimu
Hidup penuh manfaat
Karena kita adalah MUDA MULIA

Tak kan aku berhenti bila terjatuh
Tak kan aku menangisi masa lalu
Karena kuyakin Tuhan selalu bersamaku 
Temani detak semangat juangku













Download Muda Mulia

Galau Aku Pada-Mu





Galau Aku PadaMu
Abay Motivasinger

terdiamku
merasakan keheningan...
suara malam membimbing langkahku
menuju syahdu bersama-Mu
ku berucap
lirih bahwa aku malu
terlalu jauh aku melangkah
terlalu sombong aku pada-Mu

ya Rabbi...
ini aku
Tuhanku...
aku pada-Mu

aku tak kan bisa bila
hidup tanpa cinta-Mu ya Allah
walau sedetik pun
ku mencoba berdiri dengan
galau dihati tanpa bimbingan-Mu
ku tak kan pernah bisa bertahan

luruh aku
tak kuasa ku berdiri
Allah... Engkaulah yang Maha baik
Kau yang selalu ada bantu aku
ku tak ingin lepas dari pelukan-Mu
jangan biarkan aku melangkah
menjauh pergi dari cinta-Mu


Download Galau Aku PadaMu

Senin, 26 November 2012

Milad Asril


Masjid Terakhir

Masih Ku dengar suara adzan dalam irama ringkih itu
Sujud ku hening, sajadah Masjid Raya Baiturrahmah belum berganti harumnya
Wewangian Syuhada zaman silam
Di sudut mesjid ini kau ajarkan daku, menyelami makna hadist qudsi
Sambil berbincang tentang ulama pecinta Negeri
Bersimbah darah membela Islam di Tano Aceh

Dan di penghujung musim penghujan
Masih ku dengar suara adzan dalam irama ringkih itu
Menjelang pergantian waktu di tahun penuh makna
Sudah terlalu lama kita tak lagi duduk minum kopi menghabiskan malam di bawah rembulan
Berbincang tentang dentang cakra dunia
Bangunkan kesadaran Tinggalkan mimpi ajaran paling indah dari Tuhan

Lebih dari 60 purnama Daku kehilangan Engkau
Sekarang di sela adzan yang masih tetap ringkih
Di sela tawa tertahan di antara mata penuh curiga
Daku tuliskan lagi puisi-puisi tentang hati
Ujung pena hanya mengukir aksara berisi gumaman
Tentang para Ulebalang zaman baru
Gemetar angka-angka yang bergerak cepat penuh misteri
Seperti pesingan baling-baling helikopter dari Soviet

Di pinggiran makammu
hanya gumaman doa yang mengetarkan bibir
Tak lagi puisi-puisi tentang cinta
Dan di ruang keluarga tempat kita bersila
Membicarakan masa depan
Yang ku dapat hanyalah sunyi
Tak ada lagi kisah kelam tarian Rumi

Aku pun lupa bagaimana mengucap doa Robi’ah
Yang pernah bunda ajarkan dulu
Di depan pendopo tempat kita berbincang
Sambil berjalan selepas subuh
Tak ku cium lagi aroma wewangian
keikhlasan mengabdi bagi tanah negeri tercinta

apalagi yang dibincangkan orang-orang di sini
yah.... apa lagi

adzan subuh itu terdengar lagi
dari mesjid yang sama
iramanya masih seperti irama yang dulu
adzan ringkih penuh misteri
adzan sunyi penuh pengharapan
dengan seruan yang sama

Saat Aku Berjalan

Saat aku berjalan
Di gang sempit yang dibelenggu perbudakan

    Aku melihat seribu diriku
    Berteriak-teriak seperti orang demonstan
    Atau tukang obat di jalanan

    Sementara sebagian lainnya
    Khusyu menjilati darah situasi

Aku teguk air sawah dan botok-botol kosong
Dan bajuku yang robek
Ku tambal dengan cita-cita

    Purnama melukiskan pandawa mengajakku untuk studi tour
    Ke alam perenungan
Aku masuk ke dalam bioskop kehudupan
Yang sedangh memutar film kebudayaan

Aku menyaksikan. . . .

Dunia sedang tergila-gila menikmati tubuh wanita telanjang di ruang sidang
Dunia sedang asyik berjudi di atas meja perdana mentri
Dunia sedang mabuk berat di ruang makan para birokrat
Dunia sedang tertidur lelap di kursi goyang para penjilat

Kini. . . .
Dunia sedang mengasuh anak jadah dengan pendidikan yang mandul
Dunia sedang mendongkrak isi kepala manusia dengan uang dan semjata
Dunia sedang sibuk membaga-bagikan kemerdekaan dengan legalitas penjajahan
Dunia sedang berusaha merampas kekuasaan tuhan dengan buldozer,nuklir,dan dollar

Sementara. . . .
Kita sedang apa?

Kita sedang sibuk berdandan di depan cermin
Kita sedang teller pengaruh suntikan morfin
Kita sedang asyik mengukir tatto permanen
Kita sedang piknik dengan mobil-mobil baru
Kita sedang menghitung bunga bank
Kita sedang memanjakan diri di depan TV
Kita sedang bernyanyi di mulut-mulut gang
Kita sedang konsen membaca buku-buku statis
Kita sedang memperhatikan guru-guru yang abstun
Kita sedang mengatur strategi untuk mengeroyok kawan sendiri
Kita sedang memaki-maki nama presiden
Kita sedang memperdebatkan harga beras dan BBM
Kita sedang bengong menyaksikan penggusuran
Kita sedang meratapi busung lapar
Kita sedang melacurkan diri untuk membeli sepiring nasi
Kita sedang mengkhianati agama kita sendiri

Akhirnya aku pulang
Dengan membawa segudang pertanyaan
Untuk ku bagi-bagikan kepada semua orang
Di sekitarku

Muhammadkan Hamba

Muhammadkan hamba ya Rabbi
Di setiap tarikan napas dan langkah kaki
Tak ada dambaan yang lebih sempurna lagi
Di ufuk jauh kerinduan hamba Muhammad berdiri

Muhammadkah hamba ya Rabbi hamba yang hina dina
Seperti siang malamu yang patuh dan setia
Seperti bumi dan matahari yang bekerjasama
Menjalankan tugasnya dengan amat terpelihara

Sebagai Adam hamba lahir dari gua garba ibunda
Engkau tuturkan pengetahuan tentang benda-benda
Hamba meniti Alif-Ba-Ta makrifat pertama
Mengawali perjuangan untuk menjadi mulia

Ya Rabbi Engkau tiupkan ruh ke dalam Nuh hamba
Dengan perahu di padang pasir yang mensamudera
Hamba menangis oleh pengingkaran yang amat dahsyatnya
Dan bersujud di bawah bukti kebenaran-Mu yang nyata

Sesudah berulangkali bangun dan terbanting
Merenung dan mencarilah hamba sebagai Ibrahim
Menatapi laut, bulan, bintang, dan matahari
Sampai gambling bagi hamba Allah yang sejati

Jadilah hamba pemuda pengangkat kapak
Menghancurkan berhala sampai luluh lantak
Hamba lawan jika pun Fir’aun sepuluh jumlahnya
Karena api sejuk membungkus badan hamba

Kemudian ya Rabbi Engkau ajarkan hal kedewasaan
Yakni penyembelihan dan kurban, pasrah dan keikhlasan
Tatkala dengan hati pedih pedang hamba ayunkan
Sukma hamba memasuki Ismail yang menelentang

Ismail hamba membisikan Firman-Mu ya Rabbi
Bahwa dewasa tidaklah ditandai kegaahan diri
Melainkan rela menyaring dan menyeleksi
Agar secara jernih berkenalan dengan yang inti

Disaat meng-Ismail itu betapa jiwa hamba gemetar
Ego pribadi adalah musuh yang teramat tegar
Jika di hadapan-Mu masih ada sejumput saja pamrih
Maka leher hamba sendiri yang bakal tersembelih

Takkan ada lagi sosok pribadi seanggun ia
Dipahami ataupun disalahpahami oleh manusia
Kalau tak sanggup kaki hamba menapaki jejaknya
Penyesalan hamba akan tak terbandingkan oleh apapun saja

Para malaikat hormat dan segan kepadanya
Bagai dedaunan yang menunduk kepada keluasan semesta
Para nabi berbaris menegakkan sembahyang
Engkau perkenankan ia menjadi imam

Ya Rabbi Muhammadkan hamba
Muhammadkan hamba
Pendengarkan tangis bayi padang pasir dikelahiran hamba
Alirkan darah Al-Amin di sekujur badan hamba
Sarungkan tameng Al-Ma’shum di gerak perjuangan hamba
Kalungkan kebencian Abu Jahal di leher hamba
Sandingkan keteduhan Abu Thalib di kaki dukalara hamba
Payugkan awan cinta-Mu di bawah terik politik durjana
Usapkan tangan sejuk Khdijah pada kening derita hamba
Kirimlah Jibril mencuci hati Muhammad hamba
Lahirkan kembali wahyu-Mu di detak gemetar jantung hamba
Dan kucurkan darah luka Muhammad oleh pedang kaum pendusta
Hadiahkan kepada hamba rasa sakitnya

Ya Rabbi ya Rabbi Muhammadkan hamba
Muhammadkan hamba
Bersujud dan tafakur di Gua Hira’ jiwa hamba
Berkeliling ke rumah tetangga, negeri dan dunia
Menjadikan cahaya
Menjadikan cahaya

Tugas Hidup



“Dunia adalah lautan yang dalam, dan begitu banyak mahluk yang karam di dalamnya”, demikian Ali bin Abi Thalib R.A. memberikan gambaran tentang kehidupan dunia. Sebuah ungkapan pendek namun boleh jadi telah menggambarkan secara utuh seluruh sisi kehidupan dunia yang nyata-nyata sanggup meluluhlantakkan dimensi rohani manusia, sehingga banyak diantara mereka lahir hanya untuk menjadi ‘budak dunia’. Tentu saja gambaran semacam ini amat bertentangan dengan skenario suci yang Allah gelar tentang mengapa manusia hadir di bumi. Qur’an menekankan bahwa misi kekhalifahan yang Allah pikulkan pada setiap diri manusia merupakan satu-satunya alasan penciptaan manusia. Oleh karena itu manakala manusia berpaling dari misi suci ini, maka ia telah kehilangan sisi kemanusiaan yang paling sakral di mata Allah. 


Tugas hidup? ya... Da’wah. 
ADA suatu pesan yang menjadi manifesto paling sederhana da’wah kita, “Perbaiki dirimu, dan ajak yang selainmu!”. Panggung Kuasa DIEN AL-ISLAM Kesanalah da’wah menuju. Ketempat dimana selama ini bicara keshalihan adalah tabu/aneh/teu biasa. Namun disisi lain da’wah merupakan suatu kewajiban bagi seluruh ‘orang islam’ yang menyatakan dirinya sebagai pejuang da’wah “da’i”.
ISLAM pada awal mula datangnya asing, suatu masa islam akan kembali asing, maka beruntunglah orang-orang yang diasingkan. sahabat bertanya (ya Rasulallah! Siapakah yang diasingkan itu?) Rasulallah menjawab mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan tatkala yang lain berbuat kerusakan. 
SEBAGAI seorang pejuang da’wah sudah sepatutnya mendarmakan seluruh potensi yang ada kepada Rabb yang telah menciptakan, memberi rizki, mendidik; Malik yang menguasai seluruh alam ciptaanNya meliputi kerajaan langit dan bumi; serta Ilah yang kita minta pertolongan, harap dalam setiap situasi dan kondisi. Allah yang telah memberikan karunia kepada Mu’min dan Mu’minah yang tak terhingga, Allah Swt yang telah memberikan fasilitas hidup berupa mata, telinga dan hati untuk melaksanakan ketaatan yang utuh serta darma baktinya hanya kepada-Nya semata. sebagaimana dalam firmanNya :

“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raf [7] : 179)

Allah Swt sengaja memberikan kepada kita fasilitas tersebut agar kita mampu menunaikan darma bakti / pengabdian kepada Allah serta memiliki kemampuan untuk dapat menyampaikan, menyeru dan mengajak manusia yang masih dalam samudera kedzulumatan yang penuh dengan daki kekufuran serta virus kemusrikan kepada Cahaya Allah (dien al-Islam). Tugas tersebut hanya dapat tertunaikan jika kita BERDA’WAH. Karena hanya dengan berda’walah, akan dapat membentuk suatu komunitas masyarakat yang siap untuk ditata dan diatur, serta melaksanakan aturan Allah dalam suatu pranata sosial yang telah di uswahan serta ditegakkan oleh Rasulallah Saw dengan melalui tahapan-tahapan Makkiyah dan Madaniyah. 

Karena setiap mu’min dan mu’minah yang telah melakukan kontrak sosial (jual beli) dengan Allah atau menyatakan kesungguhannya senantiasa mentotalitaskan pengabdiannya hanya pada-Nya saja. tiada ilah-ilah selain-Nya, hal ini merupakan salah satu bukti bahwa seorang da’i sudah siap untuk mengorbankan seluruh potensi (harta dan jiwa) yang dimilikinya dalam rangka berjuang untuk mengidzharkan Dienullah menjadi satu-satunya aturan hidup manusia. Suatu langkah awal yang dilakukan oleh Rasulallah SAW ketika beliau diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul adalah dengan berda’wah kepada kerabat terdekatnya. Dimana da’wah adalah salah satu kerja nyata dari loyalitas (konsekwensi logis sebagai seorang mu’min) kepada Islam serta amal soleh. Yang mana Allah sendiri sudah memberikan penjelasan dalam firmanNya. 

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Q.S. Fushilat [41] : 33)
DA’WAH adalah suatu kerja nyata yang harus dilakuan oleh segenap ‘orang islam’ yang sudah menyatakan keimanannya kepada Allah dalam rangka melahirkan warga pelopor (kader inti), warga pendukung serta warga simpatisan. Yang akan menjadi penyangga dalam rangka tegaknya al-Islam di dunia ini. Dengan jelas dan tegas bahwa da’wah yang dilakukan adalah untuk mengajak manusia yang berada sistem non wahyu (kejahiliyahan) kepada sistem wahyu (al-Islam), bukan mengajak manusia kepada kelompok faksi, golongan, sekte, organisasi ataupun Ashobiyah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : 

Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulallah SAW : “Siapa yang berperang dibawah bendera kesesatan dengan mengajak kepada fanatik golongan (Ahobiyah) atau ia marah karena Ashobiyah maka perangnya jahiliyah. (HR. Ibnu Majah)

Jundub bin Abdullah al-Bajali berkata, “Bersabda Rasulallah SAW. Siapa yang terbunuh dibawah bendera kesesatan ia mengajak ashobiyah (fanatik golongan/ahlul firqoh/ahlul fiksi) atau menolong ashobiyah maka matinya jahiliyah (HR. Muslim).

Diakhir penantian dan perjalanan panjang yang dilakukan dimanakah posisi diri ini. Aktor atau penonton? “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,” (Q.S. An-Nisa : 95). Katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi". (Q.S. Saba : 49). Jadi! “…Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?...” (Q.S. At-Taubah : 111). 





#Selamat bertugas kawan!!!

Letter From Gazza



“Untuk saudaraku di Indonesia, mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negeri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?
Di saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.
Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang memnunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.
Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negri kalian.
Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapoatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.
Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku.!
Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar Asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.
Namun, mengapa di negri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dai informasi di televisi.
Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negri kalian adalah negri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.
Memang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!
Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negri ini.
Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!
Wahai saudaraku di Indonesia,
Negri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negri kalian diblokade juga?
Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.
Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku.
Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.
Wahai saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya waktu.
Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.
Kami disini sangan menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.
Halafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?
Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acara wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kimi disini. Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.
Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur. Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.
Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan, saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.
Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.
Saudaramu di Gaza, Abdullah Al Ghaza

:: Seluruh isi surat ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab, yang dikirim oleh seseorang bernama Abdullah Al Ghaza yang Mengaku dari Gaza City-Jalur Gaza melalui surat elektronik (email) dan artikel diterbitkan oleh Buletin Islami ::