Senin, 26 November 2012

Tugas Hidup



“Dunia adalah lautan yang dalam, dan begitu banyak mahluk yang karam di dalamnya”, demikian Ali bin Abi Thalib R.A. memberikan gambaran tentang kehidupan dunia. Sebuah ungkapan pendek namun boleh jadi telah menggambarkan secara utuh seluruh sisi kehidupan dunia yang nyata-nyata sanggup meluluhlantakkan dimensi rohani manusia, sehingga banyak diantara mereka lahir hanya untuk menjadi ‘budak dunia’. Tentu saja gambaran semacam ini amat bertentangan dengan skenario suci yang Allah gelar tentang mengapa manusia hadir di bumi. Qur’an menekankan bahwa misi kekhalifahan yang Allah pikulkan pada setiap diri manusia merupakan satu-satunya alasan penciptaan manusia. Oleh karena itu manakala manusia berpaling dari misi suci ini, maka ia telah kehilangan sisi kemanusiaan yang paling sakral di mata Allah. 


Tugas hidup? ya... Da’wah. 
ADA suatu pesan yang menjadi manifesto paling sederhana da’wah kita, “Perbaiki dirimu, dan ajak yang selainmu!”. Panggung Kuasa DIEN AL-ISLAM Kesanalah da’wah menuju. Ketempat dimana selama ini bicara keshalihan adalah tabu/aneh/teu biasa. Namun disisi lain da’wah merupakan suatu kewajiban bagi seluruh ‘orang islam’ yang menyatakan dirinya sebagai pejuang da’wah “da’i”.
ISLAM pada awal mula datangnya asing, suatu masa islam akan kembali asing, maka beruntunglah orang-orang yang diasingkan. sahabat bertanya (ya Rasulallah! Siapakah yang diasingkan itu?) Rasulallah menjawab mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan tatkala yang lain berbuat kerusakan. 
SEBAGAI seorang pejuang da’wah sudah sepatutnya mendarmakan seluruh potensi yang ada kepada Rabb yang telah menciptakan, memberi rizki, mendidik; Malik yang menguasai seluruh alam ciptaanNya meliputi kerajaan langit dan bumi; serta Ilah yang kita minta pertolongan, harap dalam setiap situasi dan kondisi. Allah yang telah memberikan karunia kepada Mu’min dan Mu’minah yang tak terhingga, Allah Swt yang telah memberikan fasilitas hidup berupa mata, telinga dan hati untuk melaksanakan ketaatan yang utuh serta darma baktinya hanya kepada-Nya semata. sebagaimana dalam firmanNya :

“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (Q.S. Al-A’raf [7] : 179)

Allah Swt sengaja memberikan kepada kita fasilitas tersebut agar kita mampu menunaikan darma bakti / pengabdian kepada Allah serta memiliki kemampuan untuk dapat menyampaikan, menyeru dan mengajak manusia yang masih dalam samudera kedzulumatan yang penuh dengan daki kekufuran serta virus kemusrikan kepada Cahaya Allah (dien al-Islam). Tugas tersebut hanya dapat tertunaikan jika kita BERDA’WAH. Karena hanya dengan berda’walah, akan dapat membentuk suatu komunitas masyarakat yang siap untuk ditata dan diatur, serta melaksanakan aturan Allah dalam suatu pranata sosial yang telah di uswahan serta ditegakkan oleh Rasulallah Saw dengan melalui tahapan-tahapan Makkiyah dan Madaniyah. 

Karena setiap mu’min dan mu’minah yang telah melakukan kontrak sosial (jual beli) dengan Allah atau menyatakan kesungguhannya senantiasa mentotalitaskan pengabdiannya hanya pada-Nya saja. tiada ilah-ilah selain-Nya, hal ini merupakan salah satu bukti bahwa seorang da’i sudah siap untuk mengorbankan seluruh potensi (harta dan jiwa) yang dimilikinya dalam rangka berjuang untuk mengidzharkan Dienullah menjadi satu-satunya aturan hidup manusia. Suatu langkah awal yang dilakukan oleh Rasulallah SAW ketika beliau diangkat menjadi seorang Nabi dan Rasul adalah dengan berda’wah kepada kerabat terdekatnya. Dimana da’wah adalah salah satu kerja nyata dari loyalitas (konsekwensi logis sebagai seorang mu’min) kepada Islam serta amal soleh. Yang mana Allah sendiri sudah memberikan penjelasan dalam firmanNya. 

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Q.S. Fushilat [41] : 33)
DA’WAH adalah suatu kerja nyata yang harus dilakuan oleh segenap ‘orang islam’ yang sudah menyatakan keimanannya kepada Allah dalam rangka melahirkan warga pelopor (kader inti), warga pendukung serta warga simpatisan. Yang akan menjadi penyangga dalam rangka tegaknya al-Islam di dunia ini. Dengan jelas dan tegas bahwa da’wah yang dilakukan adalah untuk mengajak manusia yang berada sistem non wahyu (kejahiliyahan) kepada sistem wahyu (al-Islam), bukan mengajak manusia kepada kelompok faksi, golongan, sekte, organisasi ataupun Ashobiyah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : 

Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulallah SAW : “Siapa yang berperang dibawah bendera kesesatan dengan mengajak kepada fanatik golongan (Ahobiyah) atau ia marah karena Ashobiyah maka perangnya jahiliyah. (HR. Ibnu Majah)

Jundub bin Abdullah al-Bajali berkata, “Bersabda Rasulallah SAW. Siapa yang terbunuh dibawah bendera kesesatan ia mengajak ashobiyah (fanatik golongan/ahlul firqoh/ahlul fiksi) atau menolong ashobiyah maka matinya jahiliyah (HR. Muslim).

Diakhir penantian dan perjalanan panjang yang dilakukan dimanakah posisi diri ini. Aktor atau penonton? “Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar,” (Q.S. An-Nisa : 95). Katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi". (Q.S. Saba : 49). Jadi! “…Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?...” (Q.S. At-Taubah : 111). 





#Selamat bertugas kawan!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar